Bu Listya dikenal sebagai seorang staf yang taatnya berlipat-lipat. Pada suatu hari libur sengaja digunakan untuk acara makan bersama keluarga. Saat sedang asyik menyantap makanan, tiba-tiba pesawat telepon berdering. Dari ujung suara, sang kepala mengajak untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor. Tanpa pikir panjang pegawai teladan tersebut langsung menyatakan sanggup. Walau suasana makan bersama menjadi kacau dibuatnya, rupanya sang bunda memilih menjalankan kewajiban. Semua anggota keluarga memakluminya, karena memang sang bunda sangat loyal pada pekerjaan.
Sikap yang dimiliki bu Listya dalam istilah kepegawaian sering disebut sikap loyal. Loyalitas sering menjadi pertimbangan bagi seseorang yang akan dipromosikan jabatan. Singkatan yang digunakan adalah PDLT ( Prestasi Dedikasi Loyalitas Tidak Tercela). Loyal yakni setia pada kewajiban atau atasan, dalam arti luas bisa juga dimaknai setia pada pasangan maupun sahabat atau yang lain.
Loyalitas pada lazimnya dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Jenis yang pertama loyal disertai rasa takut. Seseorang mempertahankan kesetiaan karena takut memperoleh kondiute buruk, takut kena marah, dicaci maki atau bahkan dipecat dari pekerjaan. Perasaan takut biasanya menyebabkan karyawan bekerja dengan merasa berada di bawah tekanan dan jauh dari rasa nyaman. Sedangkan efek buruknya adalah akan bekerja dengan baik jika ada sang majikan. Namun biasanya menjadi bebas merdeka atau bekerja asal-asalan jika lepas dari pengawasan.
Loyalitas seseorang dilatarbelakangi hal yang normatif, yakni kesetiaannya didasarkan sebatas pada mentaati aturan. Segala sesuatu dikerjakan untuk memenuhi tugas dan kewajiban. Apabila kewajiban sudah ditunaikan maka hati menjadi lega. Jenis kesetiaan demikian merupakan ujud komitmen antara kesanggupan dan peraturan.
Sementara itu jenis yang berikutnya adalah loyal dilandasi karena rasa cinta. Tipe ini biasanya menimbulkan energi ekstra. Belum diperintah sudah dikerjakan dan alokasi waktu belum habis sudah diselesaikan. Segala pekerjaan dilakukan dengan semangat dan penuh gairah. Loyal yang disertai rasa cinta timbul karena dua hal. Kecintaan pada pekerjaan yang dilatarbelakangi hubungan secara personal. Cinta secara personal biasanya dimulai dari kekaguman semisal pada atasan. Kagum terhadap cara bicara, gaya berbusana atau perilaku tindak tanduknya. Kekaguman tersebut berkembang menjadi simpati. Atas dasar rasa simpati itulah dimungkinkan menumbuhkan kesetiaan pada pekerjaan. Kesetiaan atas pekerjaan juga karena teman sejawat yang penuh dalam suasana kehangatan dan persahabatan. Sementara itu bagi para guru, kecintaan kepada siswa menjadi sumber energi dalam bekerja . Unsur cinta yang ke dua adalah cinta pada pekerjaan. Orang mencintai pekerjaan karena sesuai dengan harapan dan bidang keahlian. Suasana kerja yang kondusif atau pendapatan yang memadai biasanya akan menimbulkan kesetiaan dalam bekerja. Kepuasan batin menjadi tujuan sehingga etos kerjanya selalu tinggi untuk menjaga prestasi.
Kemudian dari pada itu ada pula kesetiaan disertai rela berkorban. Tipe demikian tidak sekedar mencintai pekerjaan atau terhadap orang-orang yang terlibat dengan pekerjaan. Mereka bersedia rela berkorban dalam bekerja maupun terhadap rekan kerja. Orang bertipe demikian, akan tetap masuk kerja walau kondisi badan kurang sehat. Sementara orang lain jika mengalami demikian memilih untuk mengajukan cuti.
Dunia adalah fana dan segala sesuatu yang didapatkan dari sikap loyal demikian pula adanya. Walaupun demikian, loyalitas yang sudah dimiliki perlu dipertahankan dan ditempatkan sebagaimana mestinya. Sebenarnya masih ada jenis loyalitas yang diharapkan memperoleh imbalan luar biasa dengan fasilitas serba ekstra. Kesetiaan yang dimaksud adalah setia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kesetiaan demikian afdolnya dijalani dengan totalitas tinggi. Loyalitas kepada Allah memang disarankan disertai rasa takut. Takut terhadap segala siksa yang menurut firman Allah pedihnya bukan kepalang. Loyalitas kepada Sang Maha Kuasa menjadi lebih indah jika disertai rasa cinta. Kecintaan kepada Allah dan rasulnya berbuah kenikmatan dalam beribadah. Lebih dari itu Allah menjanjikan akan mendapat tempat di syurga. Syurga adalah sumber dari puncak kenikmatan. Kesetiaan kepada Sang Maha Pemberi perlu juga diserta rela berkorban. Rela berkorban berpotensi memperkaya pahala. Loyalitas terhadap Tuhan sebenarnya tidak sekedar berorientasi pada kehidupan akherat, tetapi membawa manfaat kebaikan terhadap perilaku hidup di dunia. Orang yang dapat menjaga ketaatan, biasanya memiliki sikap kehati-hatian yang tinggi. Prinsipnya pikir dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna. Segala sesuatu tindakan dipertimbangkan dari sisi baik dan buruk. Kesetiaan pada Tuhan merupakan syarat mutlak, jika seseorang berhasrat untuk hidup bahagia di dunia sampai akherat.
– Rubrik Etikita Majalah Derap Guru, April 2021